Minggu, 18 Mei 2014

Perjalanan Rimba

Aku telah ada ratusan tahun lalu. Bersuksesi dari jaman karbon, menyumbang jutaan molekul oksigen yang turut memunahkan jutaan makhluk hidup anaerobic, merubah wujud dunia.
Hutan tropis Indonesia, tempat hidup jutaan satwa. Menyediakan segala kebutuhan. Kayu hutan kualitas nomer satu, hingga kayu bakar. Aneka buah dan hewan buruan, hingga flora faona eksotis. 
Penyumbang oksigen gratis, buffer perubahan iklim global. Apa bentuk terima kasih kita pada tangan Tuhan yang telah memberi kehidupan ini?
"Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman."
Penggalan lagu tentang suburnya negeri ini, lempar saja biji ke tanah, lima tahun kemudian hutan lebat yang akan kau temui.
Lagu ini sekarang kuartikan lain. Tanaman telah berganti dengan batu dan tonggak kayu (baca tanah tandus). Lihatlah hutan kita!! Tinggal menunggu waktu berubah menjadi padang pasir. Mudah- mudahan jangan terjadi.
Jutaan tahun waktu yang diperlukan untuk membentuk hutan tropis nan lebat, berapa tahun waktu untuk menghancurkannya?
Kalau ingin kiamat cukup dari Indonesia, kita tebanh seluruh pohon.
Jaman purba, jaman berburu dan meramu, tanah dan hutan melimpah. Manusia berhantung alam, alam memberikan semuanya. Saat daya dukung lingkungan menurun mulailah kehidupan bercocok tanam. Manusia berusaha memenuhi kebutuhannya. Alam masih lestari.
Jaman kolonialisme, bangsa asing silir berganti menguasai dan memperebutkan negara kaya ini. Bagaimana hutan kita? Masih kokoh berdiri hanya sebagian kecil yang berubah menjadi perkebunan. Jaman merdeka, saudara-saudara kita yang berkuasa, setiap hari, setiap jam bahkan setiap detik, setiap hembusan nafas selalu ada pohon ditebang. Proses penghancuran dunia. Ditangan saudara hutan kita hancur. Atau karena rasa memiiki kita yang terlalu besar? Ini hutan nenek moyangku, apapun bisa kulakukan. Ingatlah nenek moyang menjaga mereka, kearifan lokal telah mempertahankan paru-paru dunia.
Tak perlu salahkan perusahaan atau bangsa asing. Kitalah yang merusak hutan. Freport merusak ekosistem papua? Kitalah yang merusak, kitalah yang bersalah menjual tembagapura ke amerika.Bukan kita? Tapi pemimpin negri ini! Ingat sobat kita ikut bertanggung jawab, kitalah yang memilih mereka menjadi pemimpin. Aku tak ikut memillih! Tak memilih sama saja mengobral kepemimpinan pada siapapun yang menginginkannya, kaulah yang menjual negri ini.
Kelestarian alam, kelestarian manusia bukan tanggung jawab segelintir orang. Kita, kita semua ikut bertanggung jawab
Mirip sidik jari, sidik jari setan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar