Minggu, 04 Mei 2014

Nggragase Bocah Ndeso


Apa bahasa Indonesia kata nggragas? Saya belum menemukan kata-kata yang pas. Intinya ngragas itu makan apa saja, tidak peduli layak dimakan atau tidak. Sebenarnya makanan itu tetap layak dimakan, cuma sekarang banyak alternatif makanan lain yang dikatakan lebih layak. Walau menurutku makanan yang sekarang dikatakan layak juga banyak yang sebenarnya tidak layak, malah luwih ngragas maneh. Contoh sederhana, sayuran mulus dikatakan lebih layak konsumsi dari pada yang bolong-bolong sisa dimakan ulat. Nyatanya sisa ulat lebih layak konsumsi, biasanya lebih sehat karena bebas pertisida, sementara yang mulus kandungan pestisidanya tinggi jadi gak layak konsumsi. Mosok uler wae ora doyan kok uwong malah seneng? Atau makanan berpengawet, bisa bertahan tanpa busuk dalam beberapa tahun, sebelum kadaluwarso layak dikonsumsi. tapi apa benar-benar layak? Jamur, bakteri, lalat tak sudi berdekatan dengan makanan tersebut tapi manusia malah mengagung-agungkannya (my opini).
Namanya juga bocah ndeso, sering main blusukan dan makan yang aneh-aneh. Tahu mandingan? Sejenis lamtoro/petai cina tapi ukurannya lebih kecil. Sering juga disebut lamtoro lokal. Buah yang masih muda dimakan dengan kulitnya. Kalau main sangunya garam. Buah mendingan digulung dengan garam ditengahnya lalu dimakan, rasane sepat. Kalau buah yang sudah tua dikupas dan dimakan bijinya, sedikit agak pedas. Buah lamporopun dimakan dengan cara seperti buah mandingan. Cuma makan lamtoro tidak berani banyak-banyak, kaena beracun. Pernah suatu saat bapak membawa ramban lamtoro (untuk makan kambing), pada ranting lamtoro terdapat banyak buah. Sambil duduk didekat kandang makan lamtoro, tidak terasa habis banyak lamtoro hasilnya pusing, mual dan muntah-muntah.
Babal kucing, tau babal? Babal adalah bunga nangka, babal kucing adalah bunga nangka berukuran kecil yang tidak akan menjadi buah. Anak yang besar di lingkungan dengan banyak pohon nangka tahu persis mana bunga nangka yang akan berkembang menjadi buah dan mana yang tidak (babal kucing). Babal kucing juga biasa dimakan dengan garam. Podo wae rasane sepet. Beda dengan lamtoro yang menyebabkan sakit, kalau babal malah bisa menyembuhkan sakit diare dan herpes.
Babal kucing juga enak dibuat rujak bebek. Babal, buah pace muda, buah pisang klutuk muda, wuni, dan buah-buahan lain dipotong kecil-kecil lalu ditumbuk dengan bumbu cabe, gula jawa, asam, dan garam. Enak pol!
Pace/mengkudu, belakangan ini tenar sebagai obat. Jauh sebelum terkenal sebagai obat orang desaku sudah biasa mengkonsumsi sebagai minuman. Buah yang matang baunya busuk, saya tidak suka. saya hanya doyan yang muda untuk rujak.
Pisang klutuk, kalau pisang tentu tidak asing ditelinga kita. Pisang klutuk biasanya ditanam untuk diambil daunnya. Konon daun pisang ini paling bagus untuk bungkus makanan. Buahnya sekilas sama dengan buah pisang biasa. Pisang klutuk muda memang biasa untuk rujak bebek. Kalau yang tua, rasa buahnya manis tapi sayang bijinya banyak sekali. Biasanya buah pisang ini tidak dikonsumsi, kalau sudah tua di buang atau paling banter buat pakan burung. Tapi namane wae bocah nggragas, kalau sedang bermain dan menemukan buah pisang klutuk matang ya kami lahap. Walau masih di pahon kami ambil yang punya tidak bakal merasa kehilangan.
Wuni, buah dengan rasa masam. Pohonnya merambat baik buah maupun daunnya mirip dengan sirih, kemukus,maupun merica. Buah muda berwarna hijau dalam satu tangkai ada banyak buah kecil-kecil, sedikit lebih besar dari merica. Semakin tua warnanya akan semakin merah dan rasanya tetap sama, masammmmmm……
Jangankan wuni yang berasa masam, buah asam pun kami makan. Lengkap dari asam muda sampai asam tua. Bahkan daun mudanya pun juga kami makan. Daun buah asam rasanya masam segar. Kalau asam muda kami makan sama klungsu-klungsunya (biji asam). Daun kedondong juga biasa saya makan rasanya masam segar.
Krontel atau mangga muda, jangan bayangkan mangga yang biasa untuk rujaan. Ini mangganya masih bayi paling hanya segede kemili. Rasanya jelas asam, untuk mengurangi rasa asam dimakan dengan garam. Makan dengan kulit-kulitnya.
Blimbing wulung yang super duper masam juga tak luput dari nggragasnya kami. Didekat sekolah ada yang punya pohon blimbing wulung, pulang sekolah saat panas-panas sering minta buahnya dan sensasi asamnya dinikmati sambil berjalan pulang.
Kok dari tadi makanannya gak ada yang enak? Ada kok, yang enak buat belakangan hehehe…
Cimplukan, anggur ndeso bahasa kerene. Buah sebesar kelereng dengan kelopak buah tetap menutupi buah hingga matang, termasuk herbacius, tanaman semusim. Buah muda berwarna hijau rasanya pahit, kalau sudah tua warnanya kuning dan manis. Cimplukan termasuk tumbuhan semusin dan banyak tumbuh liar di kebun-kebun ataupun tepi sungai. Kalau tempatnya kering saat pohonnya mati buah cimplukan bisa bertahan tidak busuk. Sekarang cimplukan juga banyak digunakan untuk obat.
Buah salam, daun salam biasa digunakan untuk bumbu dapur. Buahnya bulat kecil-kecil. Saat muda hijau, terus menjadi merah, terus menjadi ungu. Kalau sudah berwarna ungu rasanya manis. Dulu tetangga belakang rumah memiliki pohon salam besar, kalau musim berbuah kami berebu tbuah yang jatuh jika tertiup angin. Pemilik pohonpun sering berbaik hati memetikkan buah yang telah tua. Karena buahnya kecil-kecil biasanya langsung dipatahkan dengan ranting-rantingnya.
Selaput buah kopi. Kalau metik kopi, kulitnya dihisap-hisap, rasanya manis. Begitu juga selaput buah kakau/coklat, selaputnya dihisap-isap rasanya manis. Di daerahku tidak ada kebun kopi maupun kakau, kedua buah ini hanya ada beberapa buah di kebun penduduk. Asal buah dah matang kami boleh mengambil selaput buahnya tetapi bijinya kami tinggal di bawah pohonnya. Jadi nanti kalau pemilik pohon datang tinggal mengambil buah yang telah bersih dibawah pohonnya. Kami menikmati manisnya, petani menikmati bijinya. Semua merasa untung.
Duwet, arang jawa barat menyebutnya jamlang. Kalau sudah matang sebesar ruas jari, warna unggu dan rasa manis. Dulu banyak pohon duwet di kubun-kebun penduduk, kalau pas musim pulang sekolah pada berburu buah yang jatuh.
Kutilayu, saya tak menemukan buah ini lagi. Warna ungu dengan rasa manis sepat. Pohom kutilayu tingginya sekitar satu meteran, biasa digunakan sebagai pagar pembatas pekarangan. Pohon ini disukai hewan lembing, sejenis serangga yang mengeluarkan aroma sangit.
Jambu liar, jenis jambu air (kalau lihat gambar aneka jambu mirp dengan jambu mawar). Biasanya ditaman sebagai pagar. Buah berwarna hijau, ukurannya kecil dengan biji besar jadi bagian buah yang dimakan sangat sedikit dan rasanya tidak jauh beda dengan rasa rambu air yang lain. Ada juga jambu bol, kalau makan jambunya tidak aneh. Saya dulu tidak hanya makan jambunya tapi juga makan benang sarinya yang telah rontok. Benang sari yang masih segar diambili dan dimakan tanpa dicuci, rasanya sedikit asam. Lebih enak benang sari jambu bol merah dari pada yang putih.
Apa lagi ya… oya menghisap madu dari berbagai macam bunga. Entah namanya bunga apa saja, yang saya tahu namanya hanya bungga sepatu dan soka, terutama bunga berbentuk terompet dipetik, tidak dengan kelopaknya terus dihisap bagian bawahnya, rasanya manis. Jumlah madunya juga tidak sampai setetes, tapi bukankah lebah bisa mengumpulkan madu-madu itu hingga berliter-liter?
Kalau berburu buah jatuh saya lebih suka buah sisa kelelawar. Biasanya rasanya lebih enak dari buah yang biasa. Sebenarnya jorok ya?
Bukan Cuma dari hasil tumbuhan dari hewan juga ada. Kalau main di sungai biasa menangkap udang. Taruh saja udangnya di atas batu di pinggir kali yang terkena panas. Setelah warnanya menjadi merah artinya udang itu sudah matang, tinggal dimakan deh.
Saat main-main di sawah kadang menemukan telur burung kecil/emprit, taruh saja di ketiak. Gak sampai seperempat jam telurnya telah matang. Jorok memang, tapi nikmat…
Ulat turi, ulatnya gede. Lebih gede dari ibu jari. Ulat ini tidak jauh beda dengan ulat pada umumnya, tidak berbulu dengan tubuh lembek berair. Diolah dengan cara di bakar, untuk yang takut ulat berani mencoba? Kalau orang tua malah ada makanan yang lebih ekstrim (saya tidakmau) yaitu gendon atau ratu rayap ditelam bulat-bulat, kadang juga cindil tikus (anak tikus yang masih bayi dan berwarna merah) ini juga dimakan hidup-hidup.
Selain nggragas kadang nakal juga. Saat SD disekitar lapangan desa “alang-alang Ombo” adalah kebun tebu, kadang pelajaran olah raga dilakukan di lapangan tersebut. Setelah berpanas-panas dan berkeringat ria saatnya menikmati manisnya tebu. Sambil pulang ke sekolah mblusuk kebon dan mematahkan beberapa pohon tebu, lalu tancap gas sambil menikmati hasil curian. Kalau tidak ada mandor tebu kami bisa jalan santai saja tak pertu olah raga tambahan (lari).
Ada juga orang yang sangat pelit, punya pohon sawo dengan buah yang lebat tapi diminta tidak boleh. Akhirnya kami curi beramai-ramai, buahnya kami jatuhkan dengan ketapel. Selain ketapel kami juga sering menjatuhkan buah di kebun tetangga dengan “ngamper” yaitu melempar buah dengan potongan kayu kurang lebih sepanjang 25 cm (belajar konsentrasi dan ketangkasan).
Pohon jambu bangkok simbah saya ((adek simbah) juga tak luput dari jarahanku. Habis simbah pelit, jambunya berbuah lebat sampai banyak yang jatuh tapi anak-anak dilarang metik. Saya ndablek, kalau sedang sepi, jambunya saya petiki. Setelah dapat banyak baru masuk ke rumah dan bilang sudah metik jambu. Pasti kena omel, omelan masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Besoknya diulangi lagi dan simbah yang mosan ngomel. Bahkan berubah 180 derajat! Kalau buahnya banyak dan saya tidak datang-datang beliau yang datang kerumah menanyakan kabarku. beliau khawatir saya sakit jadi tidak bisa mencuri jambunya (GR hehe).
Kalau pas main dan merasa haus, juga minum seadanya. Dekat sumur ya ambil air sumur langsung di minum, dekat kalen/saluran air juga ambil di situ. Kalau sedang di sawah tinggal minum air sawah, sedang di sungai ya minum air sungai. Biarpun gragas, tapi tetap sehat dan banyak pengalaman.

Mendapat kesempatan merasakan nikmatnya biji salam jauh lebih berharga dari pada kesempatan merasakan nikmatnya burger. Mungkin suatu saat buah salam akan punah tak ada lagi kesempatan menikmati sensasi rasanya. Sedangkan burger dari tahun ke tahun rasanya akan terus mengalami penyempurnaan. Saya bangga dengan negri kaya ini…. Flora faona eksotis, saya merindukanmu.NGGRAGASE BOCAH NDESO
Apa bahasa Indonesia kata nggragas? Saya belum menemukan kata-kata yang pas. Intinya ngragas itu makan apa saja, tidak peduli layak dimakan atau tidak. Sebenarnya makanan itu tetap layak dimakan, cuma sekarang banyak alternatif makanan lain yang dikatakan lebih layak. Walau menurutku makanan yang sekarang dikatakan layak juga banyak yang sebenarnya tidak layak, malah luwih ngragas maneh. Contoh sederhana, sayuran mulus dikatakan lebih layak konsumsi dari pada yang bolong-bolong sisa dimakan ulat. Nyatanya sisa ulat lebih layak konsumsi, biasanya lebih sehat karena bebas pertisida, sementara yang mulus kandungan pestisidanya tinggi jadi gak layak konsumsi. Mosok uler wae ora doyan kok uwong malah seneng? Atau makanan berpengawet, bisa bertahan tanpa busuk dalam beberapa tahun, sebelum kadaluwarso layak dikonsumsi. tapi apa benar-benar layak? Jamur, bakteri, lalat tak sudi berdekatan dengan makanan tersebut tapi manusia malah mengagung-agungkannya (my opini).
Namanya juga bocah ndeso, sering main blusukan dan makan yang aneh-aneh. Tahu mandingan? Sejenis lamtoro/petai cina tapi ukurannya lebih kecil. Sering juga disebut lamtoro lokal. Buah yang masih muda dimakan dengan kulitnya. Kalau main sangunya garam. Buah mendingan digulung dengan garam ditengahnya lalu dimakan, rasane sepat. Kalau buah yang sudah tua dikupas dan dimakan bijinya, sedikit agak pedas. Buah lamporopun dimakan dengan cara seperti buah mandingan. Cuma makan lamtoro tidak berani banyak-banyak, kaena beracun. Pernah suatu saat bapak membawa ramban lamtoro (untuk makan kambing), pada ranting lamtoro terdapat banyak buah. Sambil duduk didekat kandang makan lamtoro, tidak terasa habis banyak lamtoro hasilnya pusing, mual dan muntah-muntah.
Babal kucing, tau babal? Babal adalah bunga nangka, babal kucing adalah bunga nangka berukuran kecil yang tidak akan menjadi buah. Anak yang besar di lingkungan dengan banyak pohon nangka tahu persis mana bunga nangka yang akan berkembang menjadi buah dan mana yang tidak (babal kucing). Babal kucing juga biasa dimakan dengan garam. Podo wae rasane sepet. Beda dengan lamtoro yang menyebabkan sakit, kalau babal malah bisa menyembuhkan sakit diare dan herpes.
Babal kucing juga enak dibuat rujak bebek. Babal, buah pace muda, buah pisang klutuk muda, wuni, dan buah-buahan lain dipotong kecil-kecil lalu ditumbuk dengan bumbu cabe, gula jawa, asam, dan garam. Enak pol!
Pace/mengkudu, belakangan ini tenar sebagai obat. Jauh sebelum terkenal sebagai obat orang desaku sudah biasa mengkonsumsi sebagai minuman. Buah yang matang baunya busuk, saya tidak suka. saya hanya doyan yang muda untuk rujak.
Pisang klutuk, kalau pisang tentu tidak asing ditelinga kita. Pisang klutuk biasanya ditanam untuk diambil daunnya. Konon daun pisang ini paling bagus untuk bungkus makanan. Buahnya sekilas sama dengan buah pisang biasa. Pisang klutuk muda memang biasa untuk rujak bebek. Kalau yang tua, rasa buahnya manis tapi sayang bijinya banyak sekali. Biasanya buah pisang ini tidak dikonsumsi, kalau sudah tua di buang atau paling banter buat pakan burung. Tapi namane wae bocah nggragas, kalau sedang bermain dan menemukan buah pisang klutuk matang ya kami lahap. Walau masih di pahon kami ambil yang punya tidak bakal merasa kehilangan.
Wuni, buah dengan rasa masam. Pohonnya merambat baik buah maupun daunnya mirip dengan sirih, kemukus,maupun merica. Buah muda berwarna hijau dalam satu tangkai ada banyak buah kecil-kecil, sedikit lebih besar dari merica. Semakin tua warnanya akan semakin merah dan rasanya tetap sama, masammmmmm……
Jangankan wuni yang berasa masam, buah asam pun kami makan. Lengkap dari asam muda sampai asam tua. Bahkan daun mudanya pun juga kami makan. Daun buah asam rasanya masam segar. Kalau asam muda kami makan sama klungsu-klungsunya (biji asam). Daun kedondong juga biasa saya makan rasanya masam segar.
Krontel atau mangga muda, jangan bayangkan mangga yang biasa untuk rujaan. Ini mangganya masih bayi paling hanya segede kemili. Rasanya jelas asam, untuk mengurangi rasa asam dimakan dengan garam. Makan dengan kulit-kulitnya.
Blimbing wulung yang super duper masam juga tak luput dari nggragasnya kami. Didekat sekolah ada yang punya pohon blimbing wulung, pulang sekolah saat panas-panas sering minta buahnya dan sensasi asamnya dinikmati sambil berjalan pulang.
Kok dari tadi makanannya gak ada yang enak? Ada kok, yang enak buat belakangan hehehe…
Cimplukan, anggur ndeso bahasa kerene. Buah sebesar kelereng dengan kelopak buah tetap menutupi buah hingga matang, termasuk herbacius, tanaman semusim. Buah muda berwarna hijau rasanya pahit, kalau sudah tua warnanya kuning dan manis. Cimplukan termasuk tumbuhan semusin dan banyak tumbuh liar di kebun-kebun ataupun tepi sungai. Kalau tempatnya kering saat pohonnya mati buah cimplukan bisa bertahan tidak busuk. Sekarang cimplukan juga banyak digunakan untuk obat.
Buah salam, daun salam biasa digunakan untuk bumbu dapur. Buahnya bulat kecil-kecil. Saat muda hijau, terus menjadi merah, terus menjadi ungu. Kalau sudah berwarna ungu rasanya manis. Dulu tetangga belakang rumah memiliki pohon salam besar, kalau musim berbuah kami berebu tbuah yang jatuh jika tertiup angin. Pemilik pohonpun sering berbaik hati memetikkan buah yang telah tua. Karena buahnya kecil-kecil biasanya langsung dipatahkan dengan ranting-rantingnya.
Selaput buah kopi. Kalau metik kopi, kulitnya dihisap-hisap, rasanya manis. Begitu juga selaput buah kakau/coklat, selaputnya dihisap-isap rasanya manis. Di daerahku tidak ada kebun kopi maupun kakau, kedua buah ini hanya ada beberapa buah di kebun penduduk. Asal buah dah matang kami boleh mengambil selaput buahnya tetapi bijinya kami tinggal di bawah pohonnya. Jadi nanti kalau pemilik pohon datang tinggal mengambil buah yang telah bersih dibawah pohonnya. Kami menikmati manisnya, petani menikmati bijinya. Semua merasa untung.
Duwet, arang jawa barat menyebutnya jamlang. Kalau sudah matang sebesar ruas jari, warna unggu dan rasa manis. Dulu banyak pohon duwet di kubun-kebun penduduk, kalau pas musim pulang sekolah pada berburu buah yang jatuh.
Kutilayu, saya tak menemukan buah ini lagi. Warna ungu dengan rasa manis sepat. Pohom kutilayu tingginya sekitar satu meteran, biasa digunakan sebagai pagar pembatas pekarangan. Pohon ini disukai hewan lembing, sejenis serangga yang mengeluarkan aroma sangit.
Jambu liar, jenis jambu air (kalau lihat gambar aneka jambu mirp dengan jambu mawar). Biasanya ditaman sebagai pagar. Buah berwarna hijau, ukurannya kecil dengan biji besar jadi bagian buah yang dimakan sangat sedikit dan rasanya tidak jauh beda dengan rasa rambu air yang lain. Ada juga jambu bol, kalau makan jambunya tidak aneh. Saya dulu tidak hanya makan jambunya tapi juga makan benang sarinya yang telah rontok. Benang sari yang masih segar diambili dan dimakan tanpa dicuci, rasanya sedikit asam. Lebih enak benang sari jambu bol merah dari pada yang putih.
Apa lagi ya… oya menghisap madu dari berbagai macam bunga. Entah namanya bunga apa saja, yang saya tahu namanya hanya bungga sepatu dan soka, terutama bunga berbentuk terompet dipetik, tidak dengan kelopaknya terus dihisap bagian bawahnya, rasanya manis. Jumlah madunya juga tidak sampai setetes, tapi bukankah lebah bisa mengumpulkan madu-madu itu hingga berliter-liter?
Kalau berburu buah jatuh saya lebih suka buah sisa kelelawar. Biasanya rasanya lebih enak dari buah yang biasa. Sebenarnya jorok ya?
Bukan Cuma dari hasil tumbuhan dari hewan juga ada. Kalau main di sungai biasa menangkap udang. Taruh saja udangnya di atas batu di pinggir kali yang terkena panas. Setelah warnanya menjadi merah artinya udang itu sudah matang, tinggal dimakan deh.
Saat main-main di sawah kadang menemukan telur burung kecil/emprit, taruh saja di ketiak. Gak sampai seperempat jam telurnya telah matang. Jorok memang, tapi nikmat…
Ulat turi, ulatnya gede. Lebih gede dari ibu jari. Ulat ini tidak jauh beda dengan ulat pada umumnya, tidak berbulu dengan tubuh lembek berair. Diolah dengan cara di bakar, untuk yang takut ulat berani mencoba? Kalau orang tua malah ada makanan yang lebih ekstrim (saya tidakmau) yaitu gendon atau ratu rayap ditelam bulat-bulat, kadang juga cindil tikus (anak tikus yang masih bayi dan berwarna merah) ini juga dimakan hidup-hidup.
Selain nggragas kadang nakal juga. Saat SD disekitar lapangan desa “alang-alang Ombo” adalah kebun tebu, kadang pelajaran olah raga dilakukan di lapangan tersebut. Setelah berpanas-panas dan berkeringat ria saatnya menikmati manisnya tebu. Sambil pulang ke sekolah mblusuk kebon dan mematahkan beberapa pohon tebu, lalu tancap gas sambil menikmati hasil curian. Kalau tidak ada mandor tebu kami bisa jalan santai saja tak pertu olah raga tambahan (lari).
Ada juga orang yang sangat pelit, punya pohon sawo dengan buah yang lebat tapi diminta tidak boleh. Akhirnya kami curi beramai-ramai, buahnya kami jatuhkan dengan ketapel. Selain ketapel kami juga sering menjatuhkan buah di kebun tetangga dengan “ngamper” yaitu melempar buah dengan potongan kayu kurang lebih sepanjang 25 cm (belajar konsentrasi dan ketangkasan).
Pohon jambu bangkok simbah saya ((adek simbah) juga tak luput dari jarahanku. Habis simbah pelit, jambunya berbuah lebat sampai banyak yang jatuh tapi anak-anak dilarang metik. Saya ndablek, kalau sedang sepi, jambunya saya petiki. Setelah dapat banyak baru masuk ke rumah dan bilang sudah metik jambu. Pasti kena omel, omelan masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Besoknya diulangi lagi dan simbah yang mosan ngomel. Bahkan berubah 180 derajat! Kalau buahnya banyak dan saya tidak datang-datang beliau yang datang kerumah menanyakan kabarku. beliau khawatir saya sakit jadi tidak bisa mencuri jambunya (GR hehe).
Kalau pas main dan merasa haus, juga minum seadanya. Dekat sumur ya ambil air sumur langsung di minum, dekat kalen/saluran air juga ambil di situ. Kalau sedang di sawah tinggal minum air sawah, sedang di sungai ya minum air sungai. Biarpun gragas, tapi tetap sehat dan banyak pengalaman.
Mendapat kesempatan merasakan nikmatnya biji salam jauh lebih berharga dari pada kesempatan merasakan nikmatnya burger. Mungkin suatu saat buah salam akan punah tak ada lagi kesempatan menikmati sensasi rasanya. Sedangkan burger dari tahun ke tahun rasanya akan terus mengalami penyempurnaan. Saya bangga dengan negri kaya ini…. Flora faona eksotis, saya merindukanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar