Minggu, 20 Maret 2016

Yang Lokal Tetap Menarik

Indonesia negri yang kaya flora fauna. Sangat mengherankan jika ada yang mengalami kekurangan pangan di negri yang kaya ini. kasus kurang gizi di Indonesia bukan hanya disebapkan oleh minimnya ketersediaan pangan tapi juga karena kesalahan pengolahan. Kasalahan pengolahan misalnya memasak makanan terlalu lama, mencuci bahan makanan setalah dipotong-potong,  memotong-motong bahan pangan dengan ukuran kecil, dll.
Selain itu kasus kurang gizi juga terjadi karena pemilihan bahan makanan yang salah dan bahkan meninggalkan bahan pangan lokal yang  sehat dan memiliki gizi tinggi. kita punya banyak umbi-umbian potensial sebagai makanan pokok aneka talas, suweg, porang,  uwi, gadung, gembili, gembolo,ketela, ubi, kentang dll. Kita juga punya aneka biji-bijian, berbagai jenis jagung lokal, canthel, aneka padi dan lainnya. Nenek moyang kita telah menggunakan berbagai biji-bijian dan umbi-umbian sebagai makanan pokok dan kita malah meninggalkannya yang kita gunakan sebagai makanan pokok tinggal beras putih. Bahkan sangat memalukan saat negri agraris ini harus mengimpor beras guna memenuhi kebutuhan pangan. Bahkan beberapa orang mulai mengganti nasi dengan roti yang berbahan baku tepung terigu, terigu berasal dari gandum dan tidak diproduksi di Indonesia. Dan sekarang umbi dan aneka biji-bijian sudah kembali dilirik sebagai makanan pokok karena terbukti lebih sehat. 
Aneka sayur lokal Indonesia juga banyak dan mungkin akan membuat orang luar negri  terheran-heran. Luar negri punya asparagus yang termasuk keluarga bambu dan kita benar-benar memakan bambu (rebung, tunas bambu yang baru tumbuh) tidak kalah dengan panda hewan pemakan pucuk bambu. Pohon kelapa pun kita makan (pondo, pucuk batang kelapa). Di wonosobo punya kluban sawah yang isinya aneka tumbuhan liar. Lauk pun tak kalah banyak, jaman dulu belalang dan aneka serangga juga dikonsumsi dan terbukti serangga memiliki protein tinggi.
Buah lokal tak kalah banyaknya, ada puluhan jenis mangga, salak, rambutan, jambu dan buah-buah lain yang sekarang keberadaannya mulai tergusur buah bibit unggul. Orang mulai enggan menanam buah lokal bahkan menebang pohon yang sudah ada dan menggantinya dengan bibit unggul. Beberapa mangga lokal sangat masam, biji besar, buah kecil banyak serat dan berbuah sedikit. Tapi ada juga mangga lokal berbuah besar, wangi, biji kecil dan manis.
Begitu juga dengan buah-buah lokal lainnya. Selain buah lokal yang ada versi internasionalnya (bibit unggul) ada juga buah lokal tanpa versi unggul. Sebutlah kita punya ucen si strobery lokal yang mudah tumbuh dan berbuah sepanjang musim kenapa mesti kita ganti konsumsi ucen dengan konsumsi strobery? Taukah bahwa ucen di eropa juga dibudidayakan (disebut rapsberry)? Kita masih punya banyak buah berry/rubus yang lain, ada murbei yang terkenal sebagai pakan ulat sutra serta banyak buahbuah berry yang tidak kuketahui namanya. Kita punya buah kledong yang di negri cina dan jepang terkenal sebagai kesemek. Ada cimpluan yang sekarang diperjual belikan di supermarket dengan harga puluhan ribu per kilo. Dan masih banyak lagi buah lokal yang hampir menghilang, ranti, kesemek, mundung/menteng, kepel, gowok dll.
ranti
bunga ucen

ucen

ucen

gowok

air potato/umbi udara
ikan gondok/blendok/cithul



Ada yang mau share makanan lokal negri kita ini?
baca juga diversifikasi pangan

1 komentar: