Senja hari kambing gembalaan berlari pulang meninggalkan gadis kecil si penggembala. Selalu seperti itu kambing tau kapan harus pulang dan ke mana jalan pulang tanpa menghiraukan penggembala yang selalu bertanggung jawab pada perutnya. Kambing-kambing tak sejahat itu, mereka hanya rindu pulang.
Kalau siang kambing menjadi sahabat si gembala kecil, berlari-lari di lahan kosong. Ikut berkejaran bersama anak manusia. Entah dimana hati si gadis kecil saat tiba ajal kambing peliharaannya ditangan golok penyembelih hewan. Bahkan dengan nikmatnya ikut menikmati daging hewan peliharaannya lagi.
Lima atau sepuluh tahun lagi, mungkin cerita gembala kambing tak ada lagi. Tak ada lagi lahan gembala. Kambing-kambing tak bisa berlari, berbulan-bulan tinggal dikandang tanpa sinar matahari. Tak ada lagi rumput hijau santapan segar dan nikmat. Berganti bukuk atau kapsul nutrisi penggemuk badan. Semakin tak ada ikatan emosi antara penggembala dan ternak.
Itu bukan puncak kemajuan peternakan. Kelak akan lahir peternakan di gedung pencakar langit. Tanpa kotoran berbau, tanpa tulang dan rambut.
Dunia baru peternakan tanpa perlu tukang jagal "Kultur jariang hewan". Tak apa tak sehebat kultur jaringan tumbuhan, tak perlu sampai pembentukan individu baru cukup sampai terbentuk massa jaringan. Daging mulus tanpa tulang, kulit dan lemak bukan lagi masalah.
Ambil satu sel daging kualitas super, lakukan kultur hingga berkembang menjadi ribuan ton daging terbaik, bersih dan murni tak ada bagian yang terbuang, tak ada darah yang haram, tak ada timbunan lemak dan kolesterol.
Kamis, 06 Desember 2018
peternakan Laboratorium
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusLagi kelingan aku yo tau nduwe blog, dadi iso nyampah komen wkwkwkwkkk
BalasHapusAsemmm
Hapus